Tags

, , , , , , , , , , , , , ,

head cover

room for the Ijssel River
dapat dilihat kota Deventer di kejauhan

Separuh wilayah dalam Kerajaan Belanda merupakan daerah dengan ketinggian kurang dari satu meter di bawah permukaan air laut. Dataran alluvial tersebut dilalui oleh tiga sungai besar yakni Rhine, Meuse dan Scheldt yang menjadikan wilayah ini secara alami sebagai floodplain atau daerah dataran banjir. Sehingga sejarah bencana banjir yang tentu cukup panjang menjadi pertimbangan utama dalam setiap perencanaan tata ruang pemangku kebijakan di Belanda.

Penyusunan tata ruang yang ada menyertakan dan mengakomodasi pengelolaan sungai yang terintegrasi dari wilayah hulu hingga hilir. Dimana hal ini merupakan hal yang tidak mudah dilakukan. Perlu jangka waktu yang cukup panjang dalam setiap prosesnya, mengingat bahwa sebagian besar sungai di Eropa tidak hanya melalui wilayah sebuah negara, tetapi bisa beberapa negara sekaligus. Seperti misalnya Sungai Rhine yang membentang dari Pegunungan Alpen, Swiss, melewati Jerman kemudian bermuara ke Laut Utara di pesisir Belanda. Kondisi ini tentunya menuntut integrasi pengelolaan pada level yang lebih tinggi: level internasional.

Rencana pengelolaan sungai yang terpadu di Belanda dapat dilihat dari keberadaan sebuah lembaga khusus yang mengatur pengelolaan air di tingkat provinsi, kota maupun ketetanggan. Disebut Water Board atau dalam Bahasa Belanda dikenal sebagai Waterschappen atau Hoogheemraadschappen yang mengelola keberadaan sungai, muka air, kualitas air sanitasi dan pembuangan limbah.

Terkait dengan upaya reduksi bencana banjir yang telah dimulai sejak 1500 tahun silam adalah pembangunan polder serta pengefektifan Room for the River. Sistem polder yang diterapkan di hampir seluruh wilayah dataran Belanda akan memompa kelebihan air yang ada di dalam wilayah polder (sebagian besar berupa daerah perkotaan/industri) dan kemudian disalurkan melalui kanal-kanal menuju sungai-sungai induk.

riverside

Narcissus berkembang di sisi kanal..

Room of the River dibangun bertujuan untuk mengalirkan kelebihan air secepatnya menuju laut dan menampung lebih banyak kelebihan air sebelum menggenangi kota. Ruang ini didesain berupa ruang terbuka hijau yang dapat digunakan sebagai saluran kelebihan air dan penampungan air sementara. Di Indonesia istilah ini banyak dikenal dengan sempadan sungai.

Di saat musim dingin dimana debit puncak rendah, ruang hijau ini dapat dimanfaatkan menjadi banyak hal seperti padang penggembalaan ternak, taman kota, ruang publik. Apabila musim panas tiba ketika debit puncak sungai meningkat, sempadan secara otomatis difungsikan sebagai saluran air.

Sempadan yang multifungsi, disaat puncak banjir merupakan daerah genangan.

Sempadan yang multifungsi, disaat puncak banjir merupakan daerah genangan.

Pada bulan Mei tahun lalu sebagai bagian dari kegiatan ekskursi kelas Natural Hazard Modeling saya mengunjungi proyek Room for the River yang terdapat di Kota Deventer. Deventer merupakan salah satu kota tertua di Belanda yang dilalui oleh Sungai Ijssel yakni percabangan dari sungai Rhine. Pengelolaan Sungai Ijssel dimulai setelah banjir besar pada tahun 1953 yang melanda hampir di seluruh dataran Belanda dan merupakan banjir terburuk yang dialami oleh kota Deventer. Pengelolaan dimulai dengan pembangunan polder dan pengembanangan sempadan sungai.

Ruang terbuka hijau di sempadan sungai yang menjadi area rekreasi warga

Ruang terbuka hijau di sempadan sungai yang menjadi area rekreasi warga

Pada waktu kunjungan saya tersebut, sedang dilakukan pelebaran saluran sungai dan pengembangan sempadan di sepanjang tepian Kota Deventer yang bersisian langsung dengan Sungai Ijssel. Sempadan ini difungsikan sebagai ruang terbuka umum yang dapat digunakan sebagai sarana rekreasi namun ketika debit sungai semakin melimpah –seperti yang terjadi awal Juni lalu, banjir besar menerjang kota-kota di barat Belanda– ruang ini akan menampung kelebihan air dan mengalirkannya menuju sungai utama sehingga tidak membanjiri kawasan pusat kota.

ed9

Lokasi pelebaran sungai tepat dibawah jembatan rel kereta.

Keseriusan baik pihak pemerintah, sektor swasta dan masyarakat Belanda untuk turut serta mengelola sungai sebagai usaha mereduksi bencana banjir perlu kita teladani. Pengelolaan ruang terbuka untuk sungai dapat dijadikan contoh dalam pengelolaan sungai-sungai yang ada di Indonesia, terutama sungai di kota-kota besar yang rawan mengakibatkan bencana banjir.

Rencana pengelolaan sungai sudah seyogyanya memuat usaha reduksi kebencanaan. Penerapan rencana yang terintegrasi mulai dari daerah hulu dan daerah hilir sungai serta perbaikan rencana tata ruang kota yang mengakomodasi keberadaan Room of the River akan ikut meningkatkan kapasitas sungai untuk mereduksi bahaya banjir di Indonesia.

Tulisan ini saya dedikasikan kepada setiap pihak yang berkontribusi mereduksi bahaya banjir dan merawat sungai dan sebagai momento pribadi dalam memperingati Hari Hutan Sedunia pada 21 Maret, Hari Air Sedunia 22 Maret, dan Hari Meteorologi Sedunia 23 Maret 2014.

Cheers, 

Fitrie Atviana Nurritasari

Mahasiswa Pascasarjana Double Degree Program

Geo-Information and Spatial Planning for Disaster Risk Management

UGM dan UTwente

f.a.nurritasari@student.utwente.nl