Sedikit personal thoughts dalam sistem zonasi sekolah
Berangkat dari sebuah fakta bahwa memang sekolah-sekolah di Indonesia tidak bisa disamaratakan kualitasnya. Nggak usah antar provinsi deh, di Pati saja antar kecamatan kualitasnya bisa langsung jomplang. Saya nggak terlalu paham detail peraturan zonasi ini tetapi yang jelas sistem ini punya potensi akan membuat siswa unggulan mungkin saja tidak akan diterima di sekolah unggulan dan sebaliknya.
Saya paham tekanan yang dihadapi siswa dan orang tua murid. Nyari sekolah anak itu bikin stress, ada buanyak faktor yang musti diceklis dan dipertimbangkan. Baru milih TPA buat Awo aja kemarin sudah bikin galau, yang jelas we want the best school available for our children kan.
Dan mengapa sekolah unggulan yang diminati? Ini pun saya juga paham sekali, karena mau diakui atau tidak ada banyak kemudahan dan priviledge dari sekolah unggulan yang tentunya kualitasnya bagus (dari segi mana saja).
Kalau dianalogikan seperti pas kita membahas Maudi Ayunda yang galau milih Harvard atau Stanford, dan banyak yang menjudge doski punya banyak priviledge makanya bisa begitu. Yes, benar dia punya kemudahan dan kesempatan tetapi kita nggak boleh memandang sebelah mata perjuangan yang dia lakukan yang mana kitaaa netizeeen nggak ada yang tahu sebesar apa.
Balik lagi ke sekolah unggulan dan yang bukan unggulan.
Ya sekolah unggulan menyediakan beragam priviledge, tetapi balik lagi ke siswanya. Bisa memanfaatkan itu atau tidak. Apabila ada kekhawatiran orangtua tentang anak akan dipengaruhi lingkungan sekolah karena sekolahnya less unggul, ya bisa jadi itu benar, tetapi tidak sepenuhnya seperti itu. Ada siswa unggul yang mau ditempatkan dimana saja akan tetap unggul. Dia akan memanfaatkan berbagai metode alternatif lain untuk tetap mengasah kemampuannya.
Well, ini saya ngomong berdasarkan pengalaman pribadi sih. Ada suatu momen dalam sejarah pendidikan saya, saya memilih masuk ke sekolah yang pada masa itu less priviledged, dan Orang-orang tentunya mencibir keputusan itu, tetapi setelah lulus dari situ pun tidak membuat saya menjadi rata-rata. No I was still beyond average or if I can say I was the best student in the region.
Jadi, selain kita mendukung program pemerintah untuk memeratakan kualitas pendidikan, kiranya kita sebagai bagian masyarakat, sebagai orang tua, pun turut mendidik anak-anak kita untuk menjadi lebih tahan banting, untuk tetap fokus pada pengembangan dirinya meski berada di lingkungan yang mungkin kurang mendukung. Tidak mudah terpengaruh lingkungan buruk. Dan punya sistem buffer dan pertimbangan yang baik.
Syukur-syukur lagi, kita bisa dapat rezeki untuk bisa sekolah di sekolah terbaik ya. But not everything will go our way, jadi tugas kita untuk bisa mudah beradaptasi dan tahan banting berjuang di setiap kondisi.
…
It is what happen to me right exact this moment. You wont believe to what I have been through but it is life.
xoxoxoxoxo
atviana