Matahariku, dilepas rasa kesendirianmu, berdiri megah
di antara bintang-bintang beraneka rupa, tetap gagah,
tetap perkasa..
cahaya yang tak pernah rapuh, karena kau teguh memegang janji,
semesta yang selalu merengkuh, penempa dan pengampu diri..
keluh tak berarti bukanlah caramu bahagiakan dunia,
sarat bicaramu adalah mantra menuju sorga,
hanya kenakan jubah ketulusan,
yang terus menerus pancarkan kemuliaan..
Matahariku, artimu sejati mungkin tak akan pernah hinggap
pada benak-benak insan berhati naif,
yang tiap harinya selalu penuh berharap, mampu mengisi celah-celah bahagiamu,
hingga kami tahu arti dedikasi..
namun aku tahu,
tak ada, arti, nilai, kata indah, makna puisi, ideologi..
Matahariku, tersenyumlah,
tetaplah memberi harapan,
teruslah memupuk benih-benih kehidupan,
bagi tanah, pohon, ilalang, kupu-kupu, aku…
..hanya memberi tak harap kembali,
bagai sang surya, menyinari dunia…
*Kasih Ibu Kepada Beta
Teruntuk Matahariku, Suryaku, Ibu..
Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2010
ide puisi ini saya tulis saat saya masih tingkat 1
*karena well, pada manuscriptnya tertulis jelas dimana saya menulisnya, Asrama TPB, kamar 368 :D*
kemudian disempurnakan malam ini 21 Desember 2010…
dan ngomong-ngomong, nggak sengaja deh,
setiap saya menulis puisi untuk Ibu, semuanya menggambarkan tentang mentari…
maybe for me, analogi yang paling tepat menggambarkan sosok IBUKU adalah dengan matahari duniaku…
Enjoy