Tags

, , , ,

Maret merupakan bulan sibuk kami. Ya, ini sudah April, dan sudah lebih dari sebulan saya tidak menulis. Dan keinginan menulis saya biasanya muncul ketika ada 2 hal: (1) Saya punya foto untuk diceritakan, dan (2) Saya punya unek-unek yang ingin dituangkan dan secara umum yang nomor 2 itu masih berhubungan dengan hal yang  sama—masih itu-itu saja. Ya. Sakit hati.

Pagi ini entah merupakan kejutan apa, lagi-lagi muncul minor agen ignisi kebakaran. I was emotionally ignited. Terlepas dari segala usaha untuk memutus alir informasi, nyata-nyata keberadaan media sosial masih menjadi bumerang.

Setelah 25—hampir 26—tahun malang melintang di muka bumi dengan setiap jejaring yang terlihat rumit, saya sulit sekali menghindari untuk bertemu dengan seseorang tanpa adanya relasi atau asosiasi yang sudah dikenal sebelumnya.

Teman kantor yang ternyata kakak kelas program master empat tahun jauhnya, temen intern yang ternyata punya cita-cita kerja di organisasi internasional yang sama, teman sekelas program sarjana yang ternyata dulunya merupakan teman dari teman sekelas sma dan begitu seterusnya. Tentu saja, lingkaran pertemanan tidak hanya berhenti sampai disitu, tetapi terus berlanjut. Dengan rumitnya jejaring dan derasnya arus informasi, saya akan tetap mendengar kabarnya.

Betapapun tidak ingin—meskipun terkadang ingin.

Pagi ini mendung, seperti suasana hati. Dan berharap akan turun hujan deras. Tapi ternyata tidak ada hujan—meteorologist gagal, ke kantor bawa-bawa jaket dan sesiangan terang benderang.

image source: favim.com

image source: favim.com

Intinya saya masih belum bisa memudarkan pengaruh masalah ini dalam hidup saya. Sedikit saja jentikan masih menyebabkan nyeri. Entah di mana. Tapi saya tahu masih tetap di sana.

Jadi, sampai kapan akan sakit hati?

cheers
atviana